contoh cerpen terbaik dengan tekat man jada wa jada

Dengan tekat man jada wa jada

Ketika seorang pemuda kampung yang sangat memimpikan derajat yang lebih baik untuk kedua orang tuanya. Yanto begitu sapaan ia diantara hangatnya sebuah keluarga kecil yang sederhana. Yanto adalah seorang anak yang berkeinginan tinggi, ia selalu berfikir bagaimana caranya untuk memperbaiki kondisi keluarganya. Dengan kata lain, ia ingin mengangkat derajat keluarganya kearah yang lebih baik lagi walaupun ia tahu itu tidaklah semudah ia berkedip atau membalikan telapak tangan. Yanto sendiri hampir menyelesaikan sekolahnya dibangku SMA, ia bersekolah di salah satu SMA unggulan di wilayah Jawa Tengah yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya.
Hanya tinggal dua semester terakhir ia memakai seragam putih abu-abu yang setiap hari selalu menemani langkahnya menuju arah masa depan, yang pastinya memiliki harapan kearah yang lebih baik sesuai dengan mimpi-mimpinya. Yanto yang pada kenyataannya lahir dari kelurga yang sederhana dengan ayah yang setiap hari selalu banting stir dan memutar roda-roda tua sebuah angkutan umum demi menghidupi keluarganya. Belum lagi kondisi keuangan keluarganya yang bisa dikatakan cukup sulit, dengan keluarga Yanto memiliki hutang lumayan banyak. Hal itu yang membuat Yanto iba pada perjuangan ayahnya, ia bertekat untuk SUKSES demi kehidupan yang lebih layak untuk ibunda juga adiknya yang masih kecil. Perasaan Bimbang yang tiap kali menghantui pikirannya, secara tidak langsung yang memberikan suatu rintangan baginya, ditambah sering kali dibayang-bayangi fikiran negatif yang dapat menghambat langkahnya menuju indahnya masa depan, ia yakin bahwa Allah tidak pernah Sare (bahasa jawa dari kata tidur), begitu pemikirannya.
Dikursi ruang keluarga yang terlihat sederhana dan hanya sebuah televisi berukuran 14’ inci, Yanto memberanikan diri berbincang dengan ayahnya. “Bapak, Yanto boleh bertanya?” Yanto mulai mengakrabkan diri disela-sela waktu bersama ayahnya. “Apa le? Boleh toh ya.” Jawab singkat dari sang ayah. “Nanti setelah lulus SMA, Yanto mau disekolahkan bapak kemana?” dengan pertanyaan memburu dari Yanto. Ayah Yanto terdiam sejenak, terlihat berfikir dengan menghisap sebatang rokok dan dihembuskannya asap rokok itu. “Semua bapak serahkan sama kamu, le.  Kamu mau sekolah atau mau kerja dimana itu terserah kamu, tentukan keputusan jalan masa depanmu sendiri. Bapak hanya berusaha mencari uang untuk kamu, ibumu dan adikmu.” Jawaban ayah Yanto yang membuat Yanto semakin ragu dan kebingungan pada tujuannya.  
Keesokan hari saat Yanto hendak berangkat mencari ilmu, seperti biasa hal yang sering ia lakukan yakni meminta ijin kepada kedua orang tuanya berharap mendapat keridhoan dalam langkahnya hari itu. Percakapanpun dimulai antara Yanto dengan ibundanya yang sedang sibuk merawat ternak milik keluarganya, “Buk-ibuk, Yanto berangkat sekolah dulu.” begitu keseharian Yanto saat meminta izin kepada ibundanya. “Ya nak, sekolah yang pinter biar kamu jadi sarjana, biar bisa jadi insinyur” begitulah sepenggal harapan ibu Yanto yang mengantarnya berangkat sekolah bak sebuah do’a untuk putranya. Satu pesan moral yang dididik oleh ibunda Yanto semenjak Yanto masih kecil, dengan harapan ridho seorang ibu akan menemani langkah putranya menuju sekolah untuk mencari ilmu sebagai jembatan meraih cita-cita dengan ridho Allah tentunya.
Ketika pada masanya dia diambang pilihan harus melanjutkan kemana arah tujuannya, sedangkan kelurga Yanto masih belum ada uang untuk membiayai kuliah, apalagi dia hanya orang kampung yang amat sederhana. Itu yang menjadikan dia memiliki keyakinan Man Jadda Wa Jadda. Yakni setiap orang yang bersungguh- sungguh pasti akan diberikan jalan oleh Allah.
Sepulang dari sekolah, Ibu Yanto membuka pembicaraan dan mengakrabkan diri. “Le, kamu mau ujian kan? Lalu, setelah kamu lulus SMA mau melanjutkan kemana sekolahmu?” ibu Yanto yang bertanya pada Yanto. “Belum tahu buk, wong saya lihat bapak sendiri juga masih belum punya uang untuk biaya kuliah Yanto.” JawabanYanto yang semakin kebingungan dengan pemikirannya. Kemudian ibu Yanto menjawab, “Bukannya bapakmu sudah menyerahkan semua sama kamu, kamu mau sekolah dimana ibu sama bapak cuma bisa berdoa agar kamu sukses. Percaya dan yakin sama gusti Allah, pasti kamu akan berhasil. Satu pesan ibukmu ini, jangan tinggalkan sholatmu, jangan tinggalkan juga ibadahmu, selalu sopan didepan orang banyak, karena hidup bukan hanya mencari kesuksesan materi saja, tetapi juga bagaimana  cara kita mmeperbaiki nama yang lebih baik dihadapan orang banyak, le. Selalu ingatlah sama gusti Allah karena yang menentukan segalanya itu gusti Allah, le.”. “Iya buk.” Jawab Yanto dengan muka lesu.  Terdengar ucapan dari ibunda Yanto berhasil mempengaruhi pemikirannya.
Dari beberapa percakapan itulah yang menjadikan Yanto optimis pada tujuan awalnya untuk membahagiakan kedua orang tuanya. Hingga pada suatu ketika ia dinyatakan LULUS dan ia putuskan mencoba mendaftar lewat jalan beasiswa dari pemerintah hingga dinyatakan DI TERIMA di salah satu universitas negeri terbaik di Jawa Tengah.
“Alhamdulillah Bapak, Ibu. Yanto diterima di universitas negeri.” Dengan tekat itulah, Yanto mulai berani untuk mengambil keputusan kemana ia akan melangkah dengan niat yang tulus untuk derajat kedua orang tuanya yang lebih baik. Setiap hari ia berharap untuk satu mu’jizat kemana ia akan menemui kebahagiaan untuk orang tuanya. Namun bukan berarti tanpa ada halangan dalam niatnya itu, banyak rintangan yang siap menghadang jalan Yanto.
“ini bukanlah pencapaian akhirmu, le. Ini awal kamu untuk melangkah, menapaki berbagai jalan terjal dikehidupanmu nanti. Bapak sama ibu cuma bisa berpesan jangan tinggi hati karena kamu bukanlah siapa-siapa, tetap jujur, ikhlas dan sabar menghadapi cobaan. Buktikan bahwa kamu bisa sukses, biarpun kamu anak seorang sopir, kamu dari sebuah keluarga sederhana.” Begitulah ucapan ayah Yanto yang terniang dan mengiringi jalan Yanto selanjutnya.

            Saat peristiwa itu, derai air mata dari keluarga Yanto yang berharap Yanto dapat meraih SUKSES di kemudian hari dan membuktikan bahwa Yanto bisa mengangkat derajat kedua orang tuanya. Ia percaya dan akan mebulatkan tekat  dengan kata Man Jadda Wa Jadda

Komentar

Postingan Populer